Kang Subhan Bae Lah
H.O.K.I : Serius Tapi Lucu
NB : dilarang membaca bagi yang belum 17+
Pada suatu hari, seorang santri yang tekun mempelajari hadis dan ilmu
hadis hendak menikah. Ia ingin mengamalkan hadis Nabi saw: An-Nikâhu
sunnatî faman raghiba ‘an sunnatî falaysa minnî, artinya: “Menikah itu
adalah sunnahku, barangsiapa yang tidak menyukai sunnaku, maka ia bukan
dari golonganku.”
... Awalnya ia meneliti keshahihan itu juga bertanya pada gurunya.
Kesimpulannya hadis itu shahih bahkan mutawatir. Sang santri pun
menentukan hari untuk melangsungkan pernikahannya dengan calon istri
pilihannya dan pilihan orang tuanya. Kemudian terjadilah pernikahan yang
Islami.
Sang santri sangat fanatik dengan hadis yang ia yakini keshahihannya,
tanpa memperdulikan tradisi, situasi dan ocehan orang lain. Yang
penting baginya menjalankan hadis dan sunnah Nabi saw.
Pada malam pertama pernikahannya, ia berkata dalam hatinya: saya
harus memulai hubunganku dengan istriku berdasarkan hadis dan sunnah
Nabi saw. Saat akan mulai menggauli istrinya ia berkata dalam hatinya
bahwa Rasulullah saw bersabda “Khayrul umûr awsathuhâ”, artinya: urusan
yang terbaik itu adalah yang di tengah-tengah.
Ia mulai mengukur tubuh istrinya sesuai dengan bunyi hadis itu, lalu
ia menggauli istrinya. Ternyata, berkali-kali tidak berhasil masuk
sebagaimana mestinya. Ia bergumam dalam hatinya: istriku benar-benar
gadis. Lalu ia berkata pada istrinya: Istriku sayang, kamu benar-benar
gadis. Istrinya berbisik ke telinga suaminya: Mas, itu salah kurang ke
bawah sedikit. Sang suami membalas bisikannya: Tidak, ini benar
berdasarkan hadis Nabi saw: Yang di tengah-tengan itu urusan yang paling
baik. Terjadilah diskusi antara dua pasangan penganten baru soal hadis
dan hal yang faktual.
Karena semalam suntuh tak berhasil menggauli istrinya, maka esok pagi ia
datang ke gurunya untuk mempertanyakan keshahihan hadis itu. Ia
bertanya kepada gurunya: Kiyai, shahihkah hadis yang berbunyi: Khayrul
umuri awsathuha? Shahih, mengapa? Jawab sang guru. Tadi malam saya
praktekkan hadis itu pada istri saya, tidak berhasil. Sang guru
tersenyum lalu menjawab: Oh, kalau dipraktekkan pada urusan yang itu,
harus ditambah lagi satu jengkal ke bawah. Sang santri diam, kemudian
pulang. Ala kulli hal, setelah mempraktekkan nasehat gurunya ia berhasil
melakukan hubungan dengan istrinya, dan istrinya tersenyum.
Waduh..waduh..waduh… sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
https://www.facebook.com/groups/HOKI12345/
Wednesday, June 12, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment